Kamis, 27 Oktober 2011


PENDAHULUAN

Dakwah merupakan suatu sistem yang penting dalam gerakan Islam. Dakwah dapat dipandang sebagai proses perubahan yang diarahkan dan direncanakan dengan harapan terciptanya individu, keluarga dan masyarakat serta peradaban dunia yang diridhai oleh Allah SWT.
Dan di dalam dakwah pun sudah kita ketahui sangat erat sekali kaitannya dengan komunikasi, komunikasi merupakan hal penting dalam proses dakwah, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kita perlu menguasai cara –cara berkomunikasi dengan baik .  Dan maka dari itu kita akan mengetahui bagaimana prosesnya komunikasi dakwah itu, dan didalam proses komunikasi itu kita dapat mencatat adanya unsur-unsur atau komponen-komponen dalam dakwah.
Komponen-komponen dalam dakwah yang di pelajari yaitu Komunikator,Pesan, Media, Metode dan  Komunikan, yang semuanya itu adalah komponen-komponen terpenting dalam dakwah, sehingga komunikasi  dakwah bisa terlaksana sebagai mana mestinya, sehingga mendapatkan hasil yang di ingginkan.

Rumusan Masalah

1.      Apa yang di maksud Komunikasi?
2.      Apa yang di maksud dengan  Dakwah?
3.      Apa saja yang termasuk komponen Komunikasi Dakwah?
4.      Apa yang di maksud dengan Efek Dakwah?







I. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Komunikasi
Secara etimologi komunikasi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin communicare, berarti berpatisipasi atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana, sehingga communis opinio berarti pendapat umum atau pendapat mayoritas.[1] Komunikasi merupakan proses penyampaian sebuah pesan terhadap individu atau kelompok secara beraturan dan dapat disampaikan secara lengkap dan terinci sehingga membuat orang menerima pesan dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh penggirim pesan tersebut.
Menurut Edward Depart definisi komunikasi adalah proses penyampaian gagasan. Harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.[2] Sedangkan Charles H. Cooley pengertian komunikasi adalah mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambang dari pikiran-pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan serta menyediakan tepat pada waktunya.[3]
Komunikasi merupakan salah satu cara memulai suatu hubungan secara personal maupun secara berkelompok, didalam komunikasi ada komunikasi secara langsung maupun secara tidak langsung, secara langsung face to face  yang artinya dimana satu orang bertemu secara langsung dengan orang lain, sedangkan secara tidak langsung komunikasi dapat dilakukan melalui media telekomunikasi seperti surat, handphone dan sebagainya.
Menurut Laswell definisi komunikasi adalah: “siapa” mengatakan “apa”  “saluran apa” kepada “siapa” dengan “efek apa”(who says what in which channel to whom with what effect).[4]
Didalam komunikasi terdapat beberapa unsur pokok dalam komunikasi antara lain sebagai berikut;
a.         Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, pikiran, perasaan.
b.        Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan.
c.         Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator.
d.        Media, yaitu cara pesan disampaikan.
e.         Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwasanya hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang atau penghambat penerimaan pesan, serta sumber-sumber dalam pengiriman pesan.
B.     Pengertian Dakwah
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang dakwah, kiranya perlu sekali untuk mengetahui pengertian dakwah, baik secara etimologis maupun secara terminologis. Selain itu juga akan penulis uraikan mengenai kata-kata dalam al-Qur’an yang pengertiannya sama dengan dakwah. Kata dakwah berasal dari bahasa arab, dalam bentuk masdar dari lapadz ((دَعَا – يَدْعُوْ – دَعْوَةُ yang artinya ajakan, seruan, panggilan dan undangan.
Untuk memberi pengertian dakwah secara terminologis, ada beberapa pendapat para ahli yang perlu dikemukakan di sini, diantaranya:[5]
Menurut Syamsuri Siddiq  Dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencana dalam ujud sikap, ucap dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung di-tujukan kepada orang perorangan, masyarakat, maupun golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Syeh Ali Mahpudz memberikan pengertian dakwah sebagai berikut Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka untuk berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Thoha Yahya Omar memberikan pengertian dakwah menurut Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengertian dakwah secara terminologis adalah: segenap usaha manusia muslim yang dilakukan dengan sengaja dan berencana, baik melalui lisan, tulisan dan tulisan untuk merubah suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
C.     Komponen-komponen Dakwah
Kegiatan dakwah bukan kegiatan yang baru, tetapi kegiatan yang telah ada sejak zaman Nabi Adam hingga kini. Dakwah yang merupakan tugas manusia dari Tuhannya, mempunyai dasar teori yang sangat kuat, yaitu al-Qur’an. Dari dasar-dasar teori Qur’ani itu dapat diformulasikan tentang unsur-unsur dakwah yaitu : da’i, mad’u atau mustami’, materi, media  dan metoda.
1)      Da’i (Subyek Dakwah)
Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Yang menjadi subyek dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang berpendapat bahwa yang menjadi subyek dakwah itu selain manusia adalah Allah SWT  sendiri.
Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Jadi sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama, tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah.[6]
 Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in.
Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha­silan suatu proses dakwah.
Untuk itu, subyek dakwah harus memiliki beberapa sifat dan kriteria.  Hamzah Ya’qub mengemukakan tentang sifat yang harus dimiliki oleh subyek dakwah (Da’i) adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui tentang al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai pokok Agama Islam.
2.      Memiliki pengetahuan Islam yang berinduk kepada al-Qur’an, seperti tafsir, ilmu hadits, Sejarah Kebudayaan Is­lam dan lain-lainnya.
3.      Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa (Psikologi), Sejarah, Antropologi, Perbandingan Agama, dan sebagainya.
4.      Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridlai Allah. Demikian juga Ilmu Retorika dan kepandaian berbicara atau mengarang.
5.      Penyantun dan lapang dada. Karena apabila dia keras dan sempit pandangan, maka akan larilah manusia meninggalkan dia.
6.      Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran. Seorang mubaligh yang penakut, bukannya dia yang akan mempengaruhi masyarakat ke jalan Allah melainkan dialah yang akan terpengaruh oleh masyarakat itu.
7.      Memberi contoh pada setiap medan kebajikan supaya paralel antara kata-katanya dengan tindakannya.
8.      Berakhlak baik sebagai seorang muslim, umpamanya, tawadhu, tidak sombong, pemaaf, dan ramah tamah.
9.      Memiliki ketahanan mental yang kuat (kesabaran), keras kemauan, optimis, walaupun menghadapi pelbagai cobaan dan rintangan.
10.  Khalish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwahnya semata-mata karena menuntut keridlaan Allah SWT.
11.  Mencintai tugas kewajibannya sebagai da’i dan mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut, karena pengaruh-pengaruh keduniaan. [7]
Kemudian kepribadian da’i-pun menjadi tonggak keberhasilan dakwah. Pentingnya kepribadian seorang da’i, Hamka dalam buku Asmuni Sukir (1983:34) mengatakan: “Jayanya dan suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri”.Di antara kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da’i adalah :
1).  Niat yang ikhlas
Seorang da’i harus mempunyai niat (motivasi) yang tulus semata karena Allah. Sebab jika terpaksa dakwahnya akan kurang berpengaruh.
2). Iman dan takwa kepada Allah
Seorang da’i sebagai penyampai dan penganjur iman dan takwa itu, sekaligus sebagai orang yang beriman dan takwa. Tak akan berhasil dakwahnya jika dia berbicara tentang iman dan takwa sementara dirinya tidak beriman dan takwa. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 44:[8]
 tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ  
Artinya:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
3). Teladan Utama
Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak orang lain, isi ajakan itu tentunya ajakan kebaikan, tentunya r seorang yang mengajaknya (da’i)  harus dapat memberikan contoh tauladan yang baik pula.
4). Penyantun dan lemah lembut
Sejarah telah mencatat tentang keberhasilan seorang juru dakwah (da’i) yang punya sikap lemah lembut, yaitu Nabi Muhammad Saw.
5). Memberi kemudahan

Komponen Komunikasi Dakwah

PENDAHULUAN

Dakwah merupakan suatu sistem yang penting dalam gerakan Islam. Dakwah dapat dipandang sebagai proses perubahan yang diarahkan dan direncanakan dengan harapan terciptanya individu, keluarga dan masyarakat serta peradaban dunia yang diridhai oleh Allah SWT.
Dan di dalam dakwah pun sudah kita ketahui sangat erat sekali kaitannya dengan komunikasi, komunikasi merupakan hal penting dalam proses dakwah, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kita perlu menguasai cara –cara berkomunikasi dengan baik . Dan maka dari itu kita akan mengetahui bagaimana prosesnya komunikasi dakwah itu, dan didalam proses komunikasi itu kita dapat mencatat adanya unsur-unsur atau komponen-komponen dalam dakwah.
Komponen-komponen dalam dakwah yang di pelajari yaitu Komunikator,Pesan, Media, Metode dan Komunikan, yang semuanya itu adalah komponen-komponen terpenting dalam dakwah, sehingga komunikasi dakwah bisa terlaksana sebagai mana mestinya, sehingga mendapatkan hasil yang di ingginkan.

I. PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi komunikasi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin communicare, berarti berpatisipasi atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana, sehingga communis opinio berarti pendapat umum atau pendapat mayoritas. Komunikasi merupakan proses penyampaian sebuah pesan terhadap individu atau kelompok secara beraturan dan dapat disampaikan secara lengkap dan terinci sehingga membuat orang menerima pesan dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh penggirim pesan tersebut.
Menurut Edward Depart definisi komunikasi adalah proses penyampaian gagasan. Harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Sedangkan Charles H. Cooley pengertian komunikasi adalah mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambang dari pikiran-pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan serta menyediakan tepat pada waktunya.
Komunikasi merupakan salah satu cara memulai suatu hubungan secara personal maupun secara berkelompok, didalam komunikasi ada komunikasi secara langsung maupun secara tidak langsung, secara langsung face to face yang artinya dimana satu orang bertemu secara langsung dengan orang lain, sedangkan secara tidak langsung komunikasi dapat dilakukan melalui media telekomunikasi seperti surat, handphone dan sebagainya.
Menurut Laswell definisi komunikasi adalah: “siapa” mengatakan “apa” “saluran apa” kepada “siapa” dengan “efek apa”(who says what in which channel to whom with what effect).
Didalam komunikasi terdapat beberapa unsur pokok dalam komunikasi antara lain sebagai berikut;
a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, pikiran, perasaan.
b. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan.
c. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator.
d. Media, yaitu cara pesan disampaikan.
e. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwasanya hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang atau penghambat penerimaan pesan, serta sumber-sumber dalam pengiriman pesan.
B. Pengertian Dakwah
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang dakwah, kiranya perlu sekali untuk mengetahui pengertian dakwah, baik secara etimologis maupun secara terminologis. Selain itu juga akan penulis uraikan mengenai kata-kata dalam al-Qur’an yang pengertiannya sama dengan dakwah. Kata dakwah berasal dari bahasa arab, dalam bentuk masdar dari lapadz ((دَعَا – يَدْعُوْ – دَعْوَةُ yang artinya ajakan, seruan, panggilan dan undangan.
Untuk memberi pengertian dakwah secara terminologis, ada beberapa pendapat para ahli yang perlu dikemukakan di sini, diantaranya:
Menurut Syamsuri Siddiq Dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencana dalam ujud sikap, ucap dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung di-tujukan kepada orang perorangan, masyarakat, maupun golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Syeh Ali Mahpudz memberikan pengertian dakwah sebagai berikut Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka untuk berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Thoha Yahya Omar memberikan pengertian dakwah menurut Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengertian dakwah secara terminologis adalah: segenap usaha manusia muslim yang dilakukan dengan sengaja dan berencana, baik melalui lisan, tulisan dan tulisan untuk merubah suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
C. Komponen-komponen Dakwah
Kegiatan dakwah bukan kegiatan yang baru, tetapi kegiatan yang telah ada sejak zaman Nabi Adam hingga kini. Dakwah yang merupakan tugas manusia dari Tuhannya, mempunyai dasar teori yang sangat kuat, yaitu al-Qur’an. Dari dasar-dasar teori Qur’ani itu dapat diformulasikan tentang unsur-unsur dakwah yaitu : da’i, mad’u atau mustami’, materi, media dan metoda.
1) Da’i (Subyek Dakwah)
Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Yang menjadi subyek dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang berpendapat bahwa yang menjadi subyek dakwah itu selain manusia adalah Allah SWT sendiri.
Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Jadi sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama, tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah.
Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in.
Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu proses dakwah.
Untuk itu, subyek dakwah harus memiliki beberapa sifat dan kriteria. Hamzah Ya’qub mengemukakan tentang sifat yang harus dimiliki oleh subyek dakwah (Da’i) adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai pokok Agama Islam.
2. Memiliki pengetahuan Islam yang berinduk kepada al-Qur’an, seperti tafsir, ilmu hadits, Sejarah Kebudayaan Is¬lam dan lain-lainnya.
3. Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa (Psikologi), Sejarah, Antropologi, Perbandingan Agama, dan sebagainya.
4. Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridlai Allah. Demikian juga Ilmu Retorika dan kepandaian berbicara atau mengarang.
5. Penyantun dan lapang dada. Karena apabila dia keras dan sempit pandangan, maka akan larilah manusia meninggalkan dia.
6. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran. Seorang mubaligh yang penakut, bukannya dia yang akan mempengaruhi masyarakat ke jalan Allah melainkan dialah yang akan terpengaruh oleh masyarakat itu.
7. Memberi contoh pada setiap medan kebajikan supaya paralel antara kata-katanya dengan tindakannya.
8. Berakhlak baik sebagai seorang muslim, umpamanya, tawadhu, tidak sombong, pemaaf, dan ramah tamah.
9. Memiliki ketahanan mental yang kuat (kesabaran), keras kemauan, optimis, walaupun menghadapi pelbagai cobaan dan rintangan.
10. Khalish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwahnya semata-mata karena menuntut keridlaan Allah SWT.
11. Mencintai tugas kewajibannya sebagai da’i dan mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut, karena pengaruh-pengaruh keduniaan.
Kemudian kepribadian da’i-pun menjadi tonggak keberhasilan dakwah. Pentingnya kepribadian seorang da’i, Hamka dalam buku Asmuni Sukir (1983:34) mengatakan: “Jayanya dan suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri”.Di antara kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da’i adalah :
1). Niat yang ikhlas
Seorang da’i harus mempunyai niat (motivasi) yang tulus semata karena Allah. Sebab jika terpaksa dakwahnya akan kurang berpengaruh.
2). Iman dan takwa kepada Allah
Seorang da’i sebagai penyampai dan penganjur iman dan takwa itu, sekaligus sebagai orang yang beriman dan takwa. Tak akan berhasil dakwahnya jika dia berbicara tentang iman dan takwa sementara dirinya tidak beriman dan takwa. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 44:

Artinya:
“ Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
3). Teladan Utama
Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak orang lain, isi ajakan itu tentunya ajakan kebaikan, tentunya r seorang yang mengajaknya (da’i) harus dapat memberikan contoh tauladan yang baik pula.
4). Penyantun dan lemah lembut
Sejarah telah mencatat tentang keberhasilan seorang juru dakwah (da’i) yang punya sikap lemah lembut, yaitu Nabi Muhammad Saw.
5). Memberi kemudahan
Kemampuan seorang untuk mengerjakan pekerjaan tidaklah sama. Oleh karena itu bagi seorang da’i harus cermat mengetahui tingkat perkembangan pemikiran dan kemampuan mad`u’. Berikanlah kemudahan bagi Mad`u’ jangan sekali-kali memberikan beban yang sekiranya tak dapat dilakukan oleh Mad`u’.
6). Sabar dan Tawakkal
Manusia yang menjadi sasaran dakwah ada yang menerima ada pula yang menolak bahkan ada yang memperolok-olokan, meskipun usaha dan metoda dakwah telah dilakukan sedemikian rupa. Hal itu sudah merupakan kewajiban dan kewajaran setiap da’i mempersiapkan rasa sabar dan tawakkal kepada Allah. Sebab sikap sabar dan tawakkal ini merupakan solusi terakhir untuk mencapai keberhasilan dakwah.

2) Mad’u (Obyek Dakwah)
Objek (Mad`u) Dakwah adalah orang yang di jadikan sasaran dalam berdakwah, dalam hal ini lingkupnya sanggat luas yaitu seluruh umat manusia baik individu maupun kelompok.
Allah berfirman dalan surah Al- Imran ayat 110:
Artinya:
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Berdasarkan ayat di atas dapat di simpulkan bahwasanya umat islam adalah umat terbaik yang ada di muka bumi ini, namun tidak semua umat islam memahami ajaran agama islam maka dari itu bisa di bagi menjadi dua macam objek dakwah yaitu.
a) Umat dakwah ialah masyarakat luas Non Muslim, baik yang telah beragama maupun yang belum beragama.
b) Umat Ijabah ialah mereka yang telah masuk agama islam senndiri.

Jadi macam-macam objek dakwah dapat di lihat dari dua jenis, Sedangkan sasaran dakwah menurut tingkat luas wilayahnya ini dapat di bagi menjadi tiga kategori antara lain.
a) Mereka yang belum beragama(atais)
b) Mereka yang sudah beragama.
c) Mereka yang sudah beragama islam.

Adapun pembagian obyek dakwah berdasarkan derajat pikiran kepada tiga golongan, ya¬itu :
a) Ummat yang berpikir kritis. Golongan ini tidak mudah menerima apa yang didapatnya, tetapi dipikirkan dulu. Jika pernyataan itu rasional mereka terima, tetapi bila kurang dimengerti mereka terus mencari jawabannya.
b) Ummat yang mudah dipengaruhi. Golongan ini mudah sekali dipengaruhi oleh sesuatu faham, baik faham yang benar maupun faham yang salah.
c) Umat yang bertaklid. Golongan ini amat kuat fanatik memegang suatu tradisi dan faham tertentu. Sehingga bila ada faham baru sulit sekali menerimanya. Begitu pula terhadap usaha dakwah, mereka akan bersikap menentang bila tidak sefaham.

3) Materi Dakwah
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, Rosulullah SWT bersapda:
Yang artinya:
“ Aku tinggalkan untuk kamu dua perkara yang apa bila kamu berpegangan teguh dengan keduanya tidak akan tersesat, yaitu kitabullah dan Sunah Rosul-Nya”.
Berdasarkan hadis Nabi yang di riwayatkan oleh Bukhori dan Muslim di atas maka dapat di simpulkan bahwasanya sumber pesan dakwah adalah Al-Quran dan Al-hadis,yang merupakan sumber pokok dakwah.
Secara umum pokok-pokok isi Al-Quran itu meliputi:
a) Akidah, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan keyakinan Allah, Malaikat, Rosul,hari ahir, iman kepada Qodo dan Qodar dalam hal ini biasanya menjadi kajian ilmu tauhud.
b) Ibadah , yang di maksud adalah ibadah khusus seperti sholat, puasa, haji, sedekah dll, yang biasanya di pelajari di ilmu Fiqih.
c) Muamalah, yaitu segala sesuatu yang di ajarkan untuk mengatur hubungan antar manusia, dan manusia dengan lingkungan, seperti masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan masalah sosiallainya.
d) Akhlak, yaitu yang berkenaan dengan norma sopan santun atau etika dalam pergaulan hidup sehari-hari.
e) Kisah-kisah atau peristiwa-peristiwa ketokohan manusia di pentas dunia sebelum datang Nabu Muhammad SAW dalam arti positif dan negatif.
f) Perinsip-perinsip ilmu pengetahuan dan teknologi.
g) Anjuran berbuat positif, ancaman, janji-janji Allah SWT.

4) Wasilah (Media Dakwah)
Unsur dakwah yang ke-empat adalah wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad'u.
Untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah ya'qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlaq:
a) Lisan, inilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan penyuluhan, dan sebagainya.
b) Tulisan, buku majalah, surat khabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk, flash-card. Dan sebagainya.
c) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d) Audio visual, yaitu alat yang merangsang indra slide, ohap, internet, dan sebagainya.
e) Akhlaq, yaitu perbuatan-perbuatan yang nyata yang mencerminkan ajaran islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad'u.
Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya ,memahami ajaran islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
Media (terutama media massa) telah meningkatkan intensita, kecepatan, danjangkauan komunikasi dilakukan umat manusia begitu luas sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Bahkan dapat dikatakan alat-alat tersebut telah melekat tak terpisahkan dengan kehidupan manusia di abad ini.
Dari segi pesan penyampaian dakwah dibagi tiga golongan yaitu:
a. The spoken words (yang berbentuk ucapan)
Yang termasuk kategori ini ialah alat-alat yang dapat mengeluarkan bunyi. Karena hanya dapatditangkap oleh telinga; disebut juga dengan the audial media yang biasa dipergunakan sehari-hari seperti telephon, radio, dan sejenisnya termasuk dalam bentuk ini.
b. The printed Writing (yang berbentuk tulisan)
Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar-gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosut, pamfhlet, dan sebagainya.
c. The audio Visual (yang berbentuk gambar hidup);
Yaitu merupakan penggabungan dari golongan diatas, yang termasuk ini adalah film, televisi , video, dan sebagainya. Pemabahasan media dakwah ini akan dibahas dalam bab sendiri.

5) Thariqah (Metode Dakwah)
Hal yang sangat erat kaitannya dengan metode wasilah adalah metode dakwah Thariqah (metode) dakwah. Kalau wasilah adalah alat-alat yang dipakai untuk mengoperkan atau menyampaikan ajaran islam maka thariqah adalah metode yang digunakan dalam dakwah.
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai jurudakwah untuk menyampaikanajaran atau materi dakwah (Islam). Dalam menyampaikan ajaran materi dakwah (islam). Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, telah disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Dalam "ilmu komunikasi" ada jargon" "the methode is message." Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan memakai metode dsangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah. Ketika membahas tentang metode dakwah pada umumnya merujuk pada surah an-Nahl (QS. 16:125).
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Di lihat dari ayat di atas maka metode dakwah dapat di lihat dalam 3 konsep besar yaitu:
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b) Mau'izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.

D. Atsr (Efek Dakwah)
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah tertentu maka timbul respons dan efek (atsr) pada mad'u, (mitra/penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa arab arab yang berarti bekasan, sisa, atau tanda,reaksi. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat atau tabi'in yang pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadits, karena memiliki ciri sebagai hadits.
Atsar (efek) atau feedback (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i. Padahal ini merupakan suatu yang harus di tunnggu-tunggu karena dengan hal ini seorang Da`i bisa mengetahui dakwahnya berhasil atau tidaknya.
Sebagaimana dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan dakwah selalu diarahkan untuk mempengaruhi tiga aspek perubahan diri objeknya, yakni perubahan pada aspek pengetahuannya (knowledge), aspek ikapnya (attitude) dan aspek prilakunya.
Berkenaan dengan ketiga tersebbut, jalaludin Rahmat, menyatakan:
a) Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui. Dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.
b) Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai.
c) Efek behavioral merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
Jika dakwah tidak berhasil menyentuh ketiga perubahan aspek diatas, amaka evaluasi dakwah diarahkan pada komponen-komponen dakwah, yaitu da'i, materi, media, metode, komponen-komponen lainnya. evaluasi ini akan mendeteksi kekurangan dan beberapa kelemahan pada massing-masing komponen tersebut. Dengan demikian akan diketahui dengan pasti komponen-kkomponen yang mana yang menyebabkan kegagalan atau kekurang berhasilan dakwah.



II. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwasanya komunikasi adalah suatu penyampai pesan dari komunikator kepada komunikan, baik individu maupun kelompok, sedangkan dakwah adalah suatu kegiatan yang menyeru kepada suatu kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, dan untuk keberhasilan dakwah twrsebut terdapat beberapa komponen-komponen dakwah antara lain, Da`i adalah orang yang menyampaikan sesan dakwah kepada Mad`u.
Sedangkan mad`u adalah objek dakwah yang menerima pesan dari Da`i, sedagkan media adalah alat untuk menyampaikan pesan dari Da`i ke Mad`u yang berupa media cetak maupun tertulis, dan metode adalah cara-cara yang di gunakan oleh Da`i untuk menyampaikan pesanya agar mudah di terima oleh Mad`u sehingga menimbulkan perubahan yang positif di masyarakan.
Perubahan masyarakat setelah menerima pesan dari Da`i itu disebut dengan efek dakwah, dan efek dakwah ini merupakan hal yang paling di tunggu oleh seorang Da`i atau komunikator, karena di sini seorang dai bisa melihat keberhasilan dakwahnya.

III. DAFTAR PUSTAKA

Abdillah Hanafi, 1984, Memahami Komunikasi antar Manusia, Romadja Karya, Bandung
Departemen Agama RI, 2006, Al-Quran dan Terjemah, Diponegoro, Bandung
M. Musrin,1996, DIKTAT Ilmu Dakwah,Palembang
Nita, Abdulah, 1998, Metodologi Setadi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ya` kub, Hamzah, 1981, Publikasi Islam, CV. Diponegoro, Bandung

Selasa, 11 Oktober 2011


MENGAPA DAN UNTUK APA KITA MEMPELAJARI
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA?
Suatu Pengantar

       Suatu perang terjadi antara sebuah kerajaan Melayu di Indonesia dan sebuah angkatan perang penjajah karena perkara “sepele.” Ketika berkunjung ke kerajaan itu, komandan bule mencium tangan sang permaisuri sebagai tanda penghormatan. Raja marah, menganggap pemimpin kolonial itu kurang ajar.
Cerita di atas adalah contoh komunikasi antarbudaya. Bila komunikasi terjadi antara orang-orang yang berbeda bangsa, ras, bahasa, agama, tingkat pendidikan, status sosial atau bahkan jenis kelamin, komunikasi tersebut dapat dikatakan komunikasi antarbudaya. Setiap komunikasi dengan orang lain yang berbeda mengandung potensi komunikasi antarbudaya, karena kita selalu berbeda “budaya” dengan orang tersebut.
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda. Cara  berkomunikasi sangat bergantung pada budaya kita: budaya, aturan, dan norma masing-masing. Sebagai contoh bahwa orang-orang Eskimo mempunyai 20 kata untuk melukiskan tentang salju yang lembek, salju yang keras, salju yang indah, salju yang licin/berbahaya dan sebagainya. Perilaku manusia berbeda-beda tidak ada yang sama, tidak bersifat acak, semakin kita mengenal kebudayaan orang lain semakin kita terampil dalam mempenuhi kebutuhan budaya, kita dapat mengenal budaya orang lain sehingga kita tidak melanggar aturan atau norma yang berlaku di daerah tersebut.
Perbedaan-perbedaan komunikasi dapat menyebabkan komunikasi tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau kesalahpahaman, seperti dilukiskan oleh contoh sebagai berikut:
Seorang pria Indonesia merasa malu, benci, jijik, dan ingin marah ketika pipinya dicium oleh seorang pria Arab ketika ia baru tiba di Jeddah untuk menuaikan ibadah haji. Bagi orang Arab, perilaku itu setulusnya menandakan persahabatan, namun bagi orang Indonesia mengisyaratkan perilaku homo seksual.
Pada saat ini kesalahpahaman-kesalahpahaman masih sering terjadi ketika bergaul dengan kelompok budaya yang berbeda. Problem utamanya adalah kita cenderung menganggap budaya kita sebagai suatu kemestian, tanpa mempersoalkannya lagi, dan karenanya kita menggunakan sebagai standar untuk mengukur budaya-budaya lain. Bila seseorang tidak menyetujui nilai-nilai kita sebenarnya tidak berarti bahwa orang itu salah, bodoh atau sinting, secara kultural orang itu sedikit berbeda dari kita. Ketika kita berkomunikasi dengan orang-orang lain, kita dihadapkan dengan bahasa-bahasa, aturan-aturan, dan nilai-nilai sangat etnosentrik. Menurut Summer etnosentrisme adalah “memandang segala sesuatu dalam kelompok sendiri sebagai pusat segala sesuatu itu, dan hal-hal lainnya diukur dan dilihat berdasarkan rujukan kelompoknya.”
Menurut Litvin ada banyak alasan-alasan dalam mempelajari komunikasi antarbudaya, dimana memiliki tujuan dan gagasan-gagasan yang cukup komprehensif. Alasan untuk memperlajari komunikasi antarbudaya sebagai berikut.
1.    Dunia sedang menyusut dan kapasitas memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan.
2.    Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya meskipun nilai-nilai berbeda.
3.    Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik”nilai-nilai masyarakat lainnya.
4.    Setiap individu dan/ atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5.    Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
6.    Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
Mengenai tujuan studi komunikasi antarbudaya, Litvin menguraikan bahwa tujuan bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk:
1.    Menyadari bias budaya sendiri.
2.    Lebih peka secara budaya.
3.    Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan dengan orang tersebut.
4.    Merangsang pemahaman yang lebih besar atau budaya sendiri.
5.    Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.
6.    Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
7.    Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggota.
8.    Membantu memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara memperoleh pendangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasannya.
9.    Membantu memahami model-model, konsep dan aplikasi bidang komunikasi antarbudaya.
10.    Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.
Jadi mempelajari komunikasi sanggat penting sehingga dalam berkomunikasi bisa di terima dengan mudah oleh masyarakat.