Kamis, 16 Mei 2013

Fiature

Baryani namanya, ibu tiga anak  yang selalu bekerja keras tampa letih demi kebahagian ke-tiga anaknya yang saat ini masih bergelut dalam dunia pendidikan, semagat pantang menyerah yang ditunjukan mengingatkan ku dengan sosok pejuang wanita Indonesia Raden ajeng Kartini.
Baryanin namun Ia sering kali di panggil Sami, konon dulu saat Ia masih kecil selalu sakit-sakitan, pada saat itu kebanyakan orang menyakini nama itu tidak cocok untuk dirinya sehingga nama itu di gantinya dengan Sami, pangilan itu di berikan padanya sejak kecil.
Masa kecil yang selalu dalam keadaan kesusahan selalu ia jalani hingga sekarang, kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah kerap kali dijalaninya, dengan susah payah mengumpukan sedikit rezeki yang diberikan Allah Ia selalu bersukur dan menyisipkanya di kantong hitam itu, yang kerap kali di sebut keresek.
Keresek adalah kantong hitam,putih dsb, yang biasa bi sebut kenganyakan orang dengan sebutan kantong asoy yang biasanya digunakan ibu-ibu pedagang di pasar maupun toko.
Dengan mengumpulkan sedikit uang hasil bertani dan padagang sayur sekarang tabungan tersebut mampu menyekolahkan anak pertamanya hingga perguruan tingga sekaligus anak ke duanya, sedangkan anak ke titiganya si Sekolah Menegah Atas (SMA).
Bertani merupakan pekerjaan kartini 3 anak tersebut, tangan yang halus dan mulia itu kini telah menghasilkan sejarah baru bagi kehidupan di masa yang akan datang, kebahagian yang di rasa saat melihat ke dua anaknya pulang dari kota besar di mana ia belajar selalu terlihat, betapa angun dan mulianya sosok itu hingga tak bisa di bayangkan seindah apa kelak Ia di surga.
Berdagang merupakan pekerjaan sampingan yang selalu di lakukan setelah pulang dari sawah, berdagang hasil tani seperti, kacang panjang, kangung, cabe an lain sebagainya menjadi penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
Kebutuhan yang selalu bertambah itu Ia tanggung bersama dengan suami tercinta saniya namanya. Sosok peria yang selalu diam dan tak banyak kata itu mengingatkan aku pada satu pepatah terkenal uyang pernag aku dengar “ Lebih baik diam dari pada bicara tanpa makna” nah itulah kata2 kata yang mewakili seluruh sifat Sania.
Banyak hal yang bisa kita contoh darinya, lembut,tegas dan selalu bersabar membuat ku bisa belajar dan memahami arti kehidupan, tanpa kesabaran segala sesuatu yang kita lerjakan tak akan bisa kita selesaikan dengan sebaik-baiknya.
Tani merupakan kerjaan utamanya namin ahir-ahir ini lebih sering membuat rumah bisa di kara Arsitektur. “ Biasanya bertani namun ahir ahir ini sering bekerja di bangunan sebagai tukang bangunan ya memanfaatkan keterampilan yang di berikan sang pencipta” (dari bahasa jawa), tutur sanio.
Pembuat rumah merupakan pekerjaan yang Ia geluti semenjak dewasa, dengan hasil yang sedikit itu Ia Berikan kepada istrinya untuk menyekolahkan anaknya, tak banyak yang Ia harapkan dalam kehidupan ini, hanya ingin melihat anak-anaknya menjadi anak-anak yang berilmu dan tak pernah membantah kepada kedua orang tuanya sudah cukup baginya.
Hingga di saat perbincagan dengan ketiga anaknya Saniya melontarkan kata- kata yang sangat luar biasa “ Bapak ora arek ninggalke bondo, tapi bapak arek nyekolahke kowe seng duwor kabeh ” Kurang lebih jika di artikan dalam bahasa Indonesia “ Bapak gank akan meninggalkan harta untuk kalian, tapi bapak akan menyekolahkan kalian setinggi mungkin”.
By: Iwan R

Rabu, 15 Mei 2013

Menulis Sumber Rizki


Oleh: Iwan Rosadi (One)
 Akal orang-orang mulia terletak pada ujung-ujung penanya” (Ali bin abi tholib), sebait kata mutiara yang disampekan Ali bin abi tholib tersebut mungkin bisa menambah semangat kita semua untuk menuangkan ide dan fikiran kita semua dalam bentuk tulisan baik yang bersifat hiburan maupun informasi sehingga bisa berguna bagi orang lain.
Tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua dengan istilah menulis. menulis hampir setiap orang agaknya pernah melakukan aktifitas menulis. Misalnya menulis memo, surat, opini, cerpen, Artikel, naskah buku dan lain-lain. Jadi banyak sekali bentuk-bentuk tulisan dari yang sifatnya ringan dan sederhana sampai yang luas dan mendalam.
Menulis secara garis besar adalah upaya mengekspresikan apa yang di lihat, di alami, dirasakan, dipikirkan dalam bentuk bahasa tulisan. Jelas kemampuan menulis seseorang sangat berlainan, menulis bisa diibaratkan seperti pisau semakin seting di asah maka semakin tajam pula  maksudnya semakin sering kita menulis maka akan semakin pandai kita menuturkan ide maupun gagasan dalam bentuk tulisan.
Akhmad Sudrajat membagi kemampuan seseorang menjadi dua jenis. Pertama Actual ability atau kecakapan nyata merupakan kecakapan yang diperoleh karena belajar yang dapat segera didemonstrasikan atau diuji sekarang. Kedua Potential ability atau kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan.
Lebih lanjut menurut Robbins dalam menyatakan bahwa kemampuan seseorang terdiri dari dua faktor, Pertama kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental. Kedua kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Dengan kemampuan yang di miliki tersebut seseorang bisa memanfaatkan untuk semua hal, bekerja, berfikir, menulis dan lain sebagainya, semua bisa dilakukan sesuai dengan kemampuannya dalam berkarya.
Banyak sekali manfaat dari menulis, Pertama dari sudut pandnag agama Islam dengan menulis maka kita akan dimulyakan hal ini di jelaskan dalam Surat Al 'Alaq menerangkan bahwa “Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca,menulis dan memberinya pengetahuan”.
Kedua, Memberikan hiburan kepada diri sendiri maupun orang lain, menulis bisa memberikan hiburan kepada diri sendiri dengan menulis maka kita bebes megunggkapkan segala sesuatu yang kita rasakan yang ada dalam jiwa dan otak ini  selain itu dengan tulisan yang kita susun misalnya dalam bentuk Cerpen dan Fiature bisa memberikan hiburan yang menarik kepada pembaca.
Ketiga, menulis bisa mencerdaskan diri sendiri dan pembaca, selain memberikan nuansa hiburan menulis juga bisa mencerdaskan, dengan kita sering menulis maka kita semakin banyak tahu karena apa yang kita tulis tentunya sesuai yang kita dapatkan baik dari membaca, melihat, mendengar, meraba dan lain sebagainya, selain itu tulisan yang kita tuangkan bisa di baca orang lain sehingga informasi yang termuat dalam tulisan kita bisa bisa mejadi informasi yang sanggat bermanfaat bagi pembaca atau masyarakat.
Keempat, menulis bisa mendatangkan Rezeki, selain menghibur dan mencerdaskan, menulis juga bisa mendatangkan rezeki. Contoh kecilnya di masa sekarang banyak penulis yang hidup dengan tulisanya, misalnya pegawai media yang sering kita sebut wartawan, karena berita yang di tulisnya mereka bisa menjadi orang terkenal, mengetahui informasi lebih dulu, bisa memberikan informasi kepada masyarakat dan tidak kalah pentingnya mereka juga bisa mendapatkan materi  yang menjanjikan.
Selain para pekerja media sudah banyak penulis-penulis handal yang bisa kita jadikan contoh yang hidup dengan menulis, misalnya penulis naskah cerita filem terkenal Laskar pelangi yaitu Andrea Hirata, sastrawan Cariril Anwar, dan Soe hok gie. Soe hok gie adalah penulis yang pada awalnya hanya menulis buku harian dan sekarang menjadi salah satu penulis ternama, mereka hidup dan berkarya dengan penanya sehingga mereka bisa menjadi orang terkenal dan dengan tulisanya mereka bisa mendapatkan materi yang menjanjikan.
Maka dari itu menulis merupakan hal positif yang bisa dilakukan tanpa harus menmikirkan siapa kita dan apa pendidikan kita, menulis merupakan pekerjaan merakyat yang semua orang bisa melakukannya, maka dari itu kita budayakan menulis karena dengan menulis, kita bisa di kenal khalayak luas, dengan menulis kita bisa mandiri, dengan menulis maka akal, budi, hati nurani, dan jiwa kita bisa menari secara bebas, dengan menulis kita bisa cerdas dan mencerdaskan orang lain dan menulis merupakan pekerjaan yang bisa menghasilkan materi yang menjanjikan di masa sekarang ini maka bisa di katakan menulias adalah salah satu sember rezeki.






Organisasi pencetak Sarjana siap kerja


Oleh: Iwan Rosadi
Bekerja adalah harapan bagi semua orang, termasuk juga seorang sarjana yang telah menyelesekan stadinya selama kurang lebih 4 ( empat) tahun di perguruan tinggi (Universitas). Harapan terbesar untuk bekerja mulai muncul saat predikat sarjana mulai di dapatnya tentusaja pekerjaan yang mudah dan sesuai dengan  apa yang di harapkan adalah tujuan bagi semuanya.

Banyak pelajar yang meneruskan ke perguruan tinggi hanya untuk mencari suatu legalitas setara S1 dengan tujuan setelah itu akan membuatnya mudah mencari sebuah perkerjaan, angan-angan mendapatkan pekerjaan yang mudah, ringan dan bergaji besar selalu membayanginya di setiap langkah perkuliahannya, lebih-lebih jika berpikiran untuk mencari pekerjaan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Hal seperti ini yang membuat malas bagi pelajar saat ini, angan-angan yang tinggi tanpa diimbangi dengan pekerjaan lapangan, bukankah sudah banyak contoh di Negeri ini banyak pelajar yang selesai perkuliahan namun masih bingung untuk mendapatkan pekerjaan sesuai jurusan dan tingkat pendidikannya, dalam hal ini bisa dikatakan bahwasannya sarjana bukan berarti kerja.
Dalam hal ini selain ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan maka juga harus diikuti dengan ilmu praktek lapangan, oleh itu organisasi kampus maupun non kampus  bisa dijadikan sebuah wadah untuk menerapkan ilmu-ilmu teoritis yang didapatkan di bangku kuliah sehingga mental dan kemampuan kita bisa terasah dengan sendirinya.
Sehingga saat selesai kuliah pengalaman pun sudah didapatkan, menurut data banyaknya jumlah pengangguran di negeri ini yang disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Muhaimin Iskandar dalam sambutannya pada pembukaan Nakertrans Expo 2011, di Pusat Promosi dan Informasi Bisnis (21/6/2011), Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul.
Darlaini Nasution SE mengatakan, ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah, Pertama ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, Kedua ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran), Ketiga kualitas SDM itu sendiri yang tidak sesuai dengan yang diharapkan di lapangan, antara lain dikarenakan penciptaan SDM oleh perguruan tinggi yang belum memadai, atau belum mencapai standar yang ditetapkan dengan kata lain (SDM) yang dihasilkan masih rendah, ia menjelaskan, lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan tingkat pendidikan atau keterampilan yang dimiliki.
Sedangkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)  Rusman Heriawan mengatakan, jumlah pengangguran sarjana meningkat dibandingkan dengan posisi tahun-tahun sebelumnya. Data BPS memperlihatkan, pada per Februari dan Agustus 2009, pengangguran sarjana masing-masing 12,94 persen dan 13,08 persen. Hal  itu terjadi  karena sarjana banyak yang pilih-pilih pekerjaan. Karena memandang Latar belakang orang tua mereka biasanya kaya, sehingga malu kalau bekerja sebagai buruh panggul.
Sedangkan Dalam rilis BPS per Februari ini mencatat jumlah pengangguran terbuka berdasarkan riwayat pendidikan tertinggi ditempati oleh pendidikan Diploma I/II/III yang mencapai 15,71 persen dari 8,59 juta pengagguran. Sementara untuk  pengangguran lain dengan angka pengangguran total 8,59 juta pengagguran masing-masing adalah lulusan universitas 14,24 persen, SMK 13,81 persen, SMA 11,9 persen, SMP 7,55 persen, dan SD ke bawah 3,71 persen.
Mengingat banyaknya penganguran yang ada di Indonesia kita sebagai mahasiswa setelah lulus nanti dapat berdiri dengan membuka usaha sendiri sesuai dengan ilmu yang kita peroleh. Sehingga bukan lagi tamatan universitas pencari kerja, tetapi pencipta kerja, kata Darlaini walaupun tidak mudah karena butuh modal dan keberanian mengambil resiko, mendirikan usaha diperlukan dalam masa sulit mencari kerja seperti saat ini.
Maka dari itu untuk mengurangi jumlah pengangguran yang ada maka yang harus dilakukan adalah, Pertama Pemberdayaan, pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan cara pendidikan wiraswasta, yaitu membuat mahasiswa mampu mengembangkan jurusan yang dimilikinya. Dengan kewiraswastaan tersebut, akan  mampu menyerap tenaga kerja, dan akan mengurangi tingkat pengangguran.
Kedua menghilang pola pemikiran calon lulusan sarjana dibenahi, yaitu pembenahan agar berkurangnya tujuan ke PNS. Selama ini, dengan banyaknya penerimaan PNS, para lulusan sarjana lebih memilih kesempatan tersebut, apalagi setelah menjadi PNS jaminan untuk kehidupan yang lebih layak akan didapatkan. Setiap adanya info penerimaan CPNS ratusan ribu orang mendaftar untuk dapat lolos dalam tes tersebut, dan kebanyakan juga penerimaan tersebut berkriteria sarjana.
Ketiga seorang sarjana harus menumbuhkan budaya untuk pengabdian pada masyrakat harus tetap dimiliki, walaupun karir kemahasiswaan telah habis, dan harus berlanjut ke pekerjaan sosial yang lebih baik. Melihat kondisi tersebut, alangkah baiknya  lulusan Sarjana dapat membuka lapangan kerja yang baru untuk dapat mengurangi tingkat pengangguran tersebut dengan modal kejuruan semasa mahasiswa.­
Dengan hal itu maka kita sebagai mahasiswa selain duduk di lokal mendengarkan materi yang di sampaikan oleh dosen alangkah baiknya jika kita juga mengikuti suatu organisasi baik yang ada di dalam kampus maupun di luar kampus untuk mempratekkan apa-apa yang sudah di dapatkan dalam perkuliahan untuk melatih mental, keberanian, ketelitian kita sehingga bisa di katakan bahwasanya organisasi pencetak sarjana siap kerja.

Berita

Sabtu, 04 Mei 2013

Artikel


Mahasiswa Wajib Menulis
Oleh: Iwan Rosadi

Tiap kali mendengar kata mahasiswa tentunya yang terlintas disebagian orang, merupakan pelajar yang pintar, kritis, berwawasan luas dan sebagainya. Semua itu tidak salah jika dilihat dari sisi kewajiban mahasiswa sebagai agen of chang (agen perubahan) tentunya kriteria diatas harus dimiliki setiap mahasiswa.
Namun di era sekarang ini banyak mahasiswa yang lalai dengan hal itu, banyak mahasiswa yang hanya kuliah namun tidak tau dengan apa yang harus dilakukan, hanya datang untuk mendengarkan materi kuliah yang disampaikan oleh dosen di lokal kuliah.
Setelah perkuliahan selesai banyak mahasiswa yang nogkrong di kantin bahkan ada yang langsung pulang kekos jika mereka kos dan jika tidak, pulang kerumah tidur, potret mahasiswa seperti ini yang sering kali kita lihat bahkan kita rasakan sekarang ini.
Jarang sekali mahasiswa yang bisa di temui di ruang perpustakaan maupun mahasiswa yang membaca buku di bawah-bawah pohon dilingkungan kampus, mungkin lebih mudah mencari mahasiswa yang mainan handphon sambil memutar lagu yang mereka sukai, bahkan asik dengan dunia maya Facebook, twiter dan lain sebagianya, padahal apa yang mereka lakukan bisa di ganti dengan membuka informasi yang baru membaca buku online, berita, dan lain sebaginya yang lebih bermanfaat.
Melihat fenomena yang demikian itu sudah sewajarnya jika sekarang ini banyak ditemui sarjana penganguran, setatus pendidikan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan kemampuan  yang memadai, bukankan dilingkungan kampus sudah difasilitasi dengan berbagai hal yang bisa menunjang proses edukasi sehingga setiap mahasiswa bisa memanfaatkanya, perpustakaan yang kaya akan koleksi bukunya, ruangan yang di beri AC sehingga nyaman untuk membaca buku yang ada.
Ada setidaknya ada dua hal yang  membuat mahasiswa sekarang menjadi pemalas. Pertama sifat manja, sifat manja karena semua yang dibutuhkan di penuhi oleh orang tua, sehingga mahasiswa yang jauh dari kontrol orang tua akan lebih mudah untuk hidup sebebas-bebasnya. Kedua pergaulan, pergaulan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pergaulan bisa merubah tingkah laku seseorang berbanding terbalik.

Pergaulan yang bebas sehingga lupa dengan kuajiban apa lagi jika didukung dengan materi yang lebih, yang diberikan orang tua maka bagi mahasiswa yang tidak sadar akan tugas dan kuajibanya pasti akan malas belajar terlebih untuk melakukan hal menulis, sehingga wajar jika kita lihat banyak mahasiswa yang copy paste, tugas yang digantikan dengan uang, beli skripsi dan lain sebagainya.
Jika kita sadar dengan posisi sebagai mahasiswa seharusnya kita mampu untuk melakukakn kegiatan belajar apa lagi dengan kegiatan tulis menulis. Bukankah mahasiswa yang keritis salah satunya harus mampu menuangkan ide dan gagasanya dalam bentuk tulian dan memaparkan dengan komunikasi lisan yang di kemas dengan baik agar mudah untuk di pahami, banyak manfaat bagi mahasawa yang mau menulis , mahasiswa bisa meningkatkan karirnya. Lewat tulisan yang dibuat, turut berkontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan. Bahkan, mahasiswa bisa mendidik khalayak luas tanpa harus bertatap muka.
Padahal menulis hanya membutuhkan tekad dan latihan. Mengutip Mochtar Lubis, faktor bakat dalam menulis itu hanya 10 persen, sedang faktor latihan dan tekad adalah 90 persen.  Pada dasarnya dalam menulis mahasiswa hendaknya menghilangkan perasaan takut salah dan disepelekan tulisannya.
Menurut Prof. Suwardjono, kepribadian kesarjanaan bisa dikembangkan dengan enam kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Pertama kemampuan mendengar (hear), Kedua kemampuan berbincang (talk). Ketiga kemampuan membaca (read), Keempat kemampuan mendengarkan (listen), Kelima kemampuan menulis (write), Keenam kemampuan berbicara (speak).
Dengan tidak  menyepelekan lima kemampuan yang lain. Tetapi ada satu karekteristik khusus yang harus setiap mahasiswa mampu untuk melakukanya yaitu menulis. Menulis merupakan suatu hal yang harus dilakukan mahasiswa di era sekarang ini untuk berbagi ide dan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena jika ide atau gagasan kita tidak akan hilang jika kita ukir dalam bentuk tuliasan.
Mengutip perkataan  Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Tulisan adalah bentuk dokumentasi kecendekiawanan manusia. Contohnya, Leonardo da Vinci terkenal dengan ide-ide futuristisnya mengenai teknologi.
  Ibnu Sina, sebagai bapak ilmu kedokteran modern, dengan bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At Tibb (The Canon of Medicine). Padahal ia hidup di tahun 980-1037 Masehi (sekitar 10 abad yang lalu) namun masih bermanfaat hingga saat ini, itu semua karena ide dan gagasanya dituangkan dalam bentuk tulisan. Sederhananya, tulisan adalah media yang efektif untuk menyebarluaskan ide dan ilmu kita ke segala penjuru dunia.
Jika di lihat dari sudut pandang agama  menulis merupakan Islam “kewajiban” kedua setelah perintah untuk “membaca”. Menulis berarti menyimpan apa yang telah kita baca dalam sebuah media yang bisa diakses oleh siapa saja. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan tulisan, kita bisa berdakwah (menyebarkan kebenaran), mengajari, menyebarkan ide dan pemikiran, melontarkan gagasan, menyampaikan kritikan atau hanya sekedar memberi tanggapan.
Dengan urain di atas penulis mengajak seluruh mahasiswa untuk selalu berkarya di bidang tulis menulis baik menulis dalam media cetak (buku, majalah, novel) maupun media internet (web, blog) baik dalam bentuk, cerprn, artikel, makalah dan lain sebaginya yang bisa memberikan sumbangan bergunan bagi dunia pendidikan di Indonesia, dengan tuntutan itu hal yang wajar jika setiap mahasiswa dihukumi wajib bisa menulis.


Penulisa adalah Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Kumunikasi