Sabtu, 04 Mei 2013

Artikel


Mahasiswa Wajib Menulis
Oleh: Iwan Rosadi

Tiap kali mendengar kata mahasiswa tentunya yang terlintas disebagian orang, merupakan pelajar yang pintar, kritis, berwawasan luas dan sebagainya. Semua itu tidak salah jika dilihat dari sisi kewajiban mahasiswa sebagai agen of chang (agen perubahan) tentunya kriteria diatas harus dimiliki setiap mahasiswa.
Namun di era sekarang ini banyak mahasiswa yang lalai dengan hal itu, banyak mahasiswa yang hanya kuliah namun tidak tau dengan apa yang harus dilakukan, hanya datang untuk mendengarkan materi kuliah yang disampaikan oleh dosen di lokal kuliah.
Setelah perkuliahan selesai banyak mahasiswa yang nogkrong di kantin bahkan ada yang langsung pulang kekos jika mereka kos dan jika tidak, pulang kerumah tidur, potret mahasiswa seperti ini yang sering kali kita lihat bahkan kita rasakan sekarang ini.
Jarang sekali mahasiswa yang bisa di temui di ruang perpustakaan maupun mahasiswa yang membaca buku di bawah-bawah pohon dilingkungan kampus, mungkin lebih mudah mencari mahasiswa yang mainan handphon sambil memutar lagu yang mereka sukai, bahkan asik dengan dunia maya Facebook, twiter dan lain sebagianya, padahal apa yang mereka lakukan bisa di ganti dengan membuka informasi yang baru membaca buku online, berita, dan lain sebaginya yang lebih bermanfaat.
Melihat fenomena yang demikian itu sudah sewajarnya jika sekarang ini banyak ditemui sarjana penganguran, setatus pendidikan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan kemampuan  yang memadai, bukankan dilingkungan kampus sudah difasilitasi dengan berbagai hal yang bisa menunjang proses edukasi sehingga setiap mahasiswa bisa memanfaatkanya, perpustakaan yang kaya akan koleksi bukunya, ruangan yang di beri AC sehingga nyaman untuk membaca buku yang ada.
Ada setidaknya ada dua hal yang  membuat mahasiswa sekarang menjadi pemalas. Pertama sifat manja, sifat manja karena semua yang dibutuhkan di penuhi oleh orang tua, sehingga mahasiswa yang jauh dari kontrol orang tua akan lebih mudah untuk hidup sebebas-bebasnya. Kedua pergaulan, pergaulan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pergaulan bisa merubah tingkah laku seseorang berbanding terbalik.

Pergaulan yang bebas sehingga lupa dengan kuajiban apa lagi jika didukung dengan materi yang lebih, yang diberikan orang tua maka bagi mahasiswa yang tidak sadar akan tugas dan kuajibanya pasti akan malas belajar terlebih untuk melakukan hal menulis, sehingga wajar jika kita lihat banyak mahasiswa yang copy paste, tugas yang digantikan dengan uang, beli skripsi dan lain sebagainya.
Jika kita sadar dengan posisi sebagai mahasiswa seharusnya kita mampu untuk melakukakn kegiatan belajar apa lagi dengan kegiatan tulis menulis. Bukankah mahasiswa yang keritis salah satunya harus mampu menuangkan ide dan gagasanya dalam bentuk tulian dan memaparkan dengan komunikasi lisan yang di kemas dengan baik agar mudah untuk di pahami, banyak manfaat bagi mahasawa yang mau menulis , mahasiswa bisa meningkatkan karirnya. Lewat tulisan yang dibuat, turut berkontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan. Bahkan, mahasiswa bisa mendidik khalayak luas tanpa harus bertatap muka.
Padahal menulis hanya membutuhkan tekad dan latihan. Mengutip Mochtar Lubis, faktor bakat dalam menulis itu hanya 10 persen, sedang faktor latihan dan tekad adalah 90 persen.  Pada dasarnya dalam menulis mahasiswa hendaknya menghilangkan perasaan takut salah dan disepelekan tulisannya.
Menurut Prof. Suwardjono, kepribadian kesarjanaan bisa dikembangkan dengan enam kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Pertama kemampuan mendengar (hear), Kedua kemampuan berbincang (talk). Ketiga kemampuan membaca (read), Keempat kemampuan mendengarkan (listen), Kelima kemampuan menulis (write), Keenam kemampuan berbicara (speak).
Dengan tidak  menyepelekan lima kemampuan yang lain. Tetapi ada satu karekteristik khusus yang harus setiap mahasiswa mampu untuk melakukanya yaitu menulis. Menulis merupakan suatu hal yang harus dilakukan mahasiswa di era sekarang ini untuk berbagi ide dan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena jika ide atau gagasan kita tidak akan hilang jika kita ukir dalam bentuk tuliasan.
Mengutip perkataan  Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Tulisan adalah bentuk dokumentasi kecendekiawanan manusia. Contohnya, Leonardo da Vinci terkenal dengan ide-ide futuristisnya mengenai teknologi.
  Ibnu Sina, sebagai bapak ilmu kedokteran modern, dengan bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At Tibb (The Canon of Medicine). Padahal ia hidup di tahun 980-1037 Masehi (sekitar 10 abad yang lalu) namun masih bermanfaat hingga saat ini, itu semua karena ide dan gagasanya dituangkan dalam bentuk tulisan. Sederhananya, tulisan adalah media yang efektif untuk menyebarluaskan ide dan ilmu kita ke segala penjuru dunia.
Jika di lihat dari sudut pandang agama  menulis merupakan Islam “kewajiban” kedua setelah perintah untuk “membaca”. Menulis berarti menyimpan apa yang telah kita baca dalam sebuah media yang bisa diakses oleh siapa saja. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan tulisan, kita bisa berdakwah (menyebarkan kebenaran), mengajari, menyebarkan ide dan pemikiran, melontarkan gagasan, menyampaikan kritikan atau hanya sekedar memberi tanggapan.
Dengan urain di atas penulis mengajak seluruh mahasiswa untuk selalu berkarya di bidang tulis menulis baik menulis dalam media cetak (buku, majalah, novel) maupun media internet (web, blog) baik dalam bentuk, cerprn, artikel, makalah dan lain sebaginya yang bisa memberikan sumbangan bergunan bagi dunia pendidikan di Indonesia, dengan tuntutan itu hal yang wajar jika setiap mahasiswa dihukumi wajib bisa menulis.


Penulisa adalah Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Kumunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar