Mahasiswa Wajib
Menulis
Oleh: Iwan
Rosadi
Tiap kali mendengar
kata mahasiswa tentunya yang terlintas disebagian orang, merupakan pelajar yang
pintar, kritis, berwawasan luas dan sebagainya. Semua itu tidak salah jika
dilihat dari sisi kewajiban mahasiswa sebagai agen of chang (agen perubahan) tentunya kriteria diatas harus dimiliki
setiap mahasiswa.
Namun
di era sekarang ini banyak mahasiswa yang lalai dengan hal itu, banyak
mahasiswa yang hanya kuliah namun tidak tau dengan apa yang harus dilakukan,
hanya datang untuk mendengarkan materi kuliah yang disampaikan oleh dosen di
lokal kuliah.
Setelah
perkuliahan selesai banyak mahasiswa yang nogkrong di kantin bahkan ada yang
langsung pulang kekos jika mereka kos dan jika tidak, pulang kerumah tidur,
potret mahasiswa seperti ini yang sering kali kita lihat bahkan kita rasakan
sekarang ini.
Jarang
sekali mahasiswa yang bisa di temui di ruang perpustakaan maupun mahasiswa yang
membaca buku di bawah-bawah pohon dilingkungan kampus, mungkin lebih mudah
mencari mahasiswa yang mainan handphon
sambil memutar lagu yang mereka sukai, bahkan asik dengan dunia maya Facebook, twiter dan lain sebagianya,
padahal apa yang mereka lakukan bisa di ganti dengan membuka informasi yang
baru membaca buku online, berita, dan
lain sebaginya yang lebih bermanfaat.
Melihat
fenomena yang demikian itu sudah sewajarnya jika sekarang ini banyak ditemui
sarjana penganguran, setatus pendidikan yang tinggi namun tidak diimbangi
dengan kemampuan yang memadai, bukankan
dilingkungan kampus sudah difasilitasi dengan berbagai hal yang bisa menunjang
proses edukasi sehingga setiap
mahasiswa bisa memanfaatkanya, perpustakaan yang kaya akan koleksi bukunya,
ruangan yang di beri AC sehingga nyaman untuk membaca buku yang ada.
Ada
setidaknya ada dua hal yang membuat mahasiswa
sekarang menjadi pemalas. Pertama
sifat manja, sifat manja karena semua yang dibutuhkan di penuhi oleh orang tua,
sehingga mahasiswa yang jauh dari kontrol orang tua akan lebih mudah untuk
hidup sebebas-bebasnya. Kedua
pergaulan, pergaulan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pergaulan
bisa merubah tingkah laku seseorang berbanding terbalik.
Pergaulan
yang bebas sehingga lupa dengan kuajiban apa lagi jika didukung dengan materi yang
lebih, yang diberikan orang tua maka bagi mahasiswa yang tidak sadar akan tugas
dan kuajibanya pasti akan malas belajar terlebih untuk melakukan hal menulis,
sehingga wajar jika kita lihat banyak mahasiswa yang copy paste, tugas yang digantikan dengan uang, beli skripsi dan
lain sebagainya.
Jika
kita sadar dengan posisi sebagai mahasiswa seharusnya kita mampu untuk
melakukakn kegiatan belajar apa lagi dengan kegiatan tulis menulis. Bukankah
mahasiswa yang keritis salah satunya harus mampu menuangkan ide dan gagasanya
dalam bentuk tulian dan memaparkan dengan komunikasi lisan yang di kemas dengan
baik agar mudah untuk di pahami, banyak manfaat bagi mahasawa yang mau menulis
, mahasiswa bisa meningkatkan karirnya. Lewat tulisan yang dibuat, turut
berkontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan. Bahkan, mahasiswa bisa
mendidik khalayak luas tanpa harus bertatap muka.
Padahal
menulis hanya membutuhkan tekad dan latihan. Mengutip Mochtar Lubis, faktor
bakat dalam menulis itu hanya 10 persen, sedang faktor latihan dan tekad adalah
90 persen. Pada dasarnya dalam menulis
mahasiswa hendaknya menghilangkan perasaan takut salah dan disepelekan
tulisannya.
Menurut Prof. Suwardjono, kepribadian
kesarjanaan bisa dikembangkan dengan enam kemampuan yang harus dimiliki oleh
mahasiswa. Pertama kemampuan mendengar (hear), Kedua kemampuan berbincang (talk). Ketiga kemampuan membaca (read), Keempat kemampuan mendengarkan (listen), Kelima kemampuan menulis (write), Keenam kemampuan berbicara (speak).
Dengan tidak
menyepelekan lima kemampuan yang lain. Tetapi
ada satu karekteristik khusus yang harus setiap mahasiswa mampu untuk melakukanya
yaitu menulis. Menulis merupakan suatu hal yang harus dilakukan mahasiswa di
era sekarang ini untuk berbagi ide dan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena jika ide atau gagasan kita
tidak akan hilang jika kita ukir dalam bentuk tuliasan.
Mengutip
perkataan Pramoedya Ananta Toer yang
mengatakan “Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Tulisan
adalah bentuk dokumentasi kecendekiawanan manusia. Contohnya, Leonardo da Vinci
terkenal dengan ide-ide futuristisnya mengenai teknologi.
Ibnu Sina, sebagai bapak ilmu kedokteran
modern, dengan bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At Tibb (The Canon of
Medicine). Padahal ia hidup di tahun 980-1037 Masehi (sekitar 10 abad yang
lalu) namun masih bermanfaat hingga saat ini, itu semua karena ide dan gagasanya
dituangkan dalam bentuk tulisan.
Sederhananya, tulisan adalah media yang efektif untuk menyebarluaskan ide dan
ilmu kita ke segala penjuru dunia.
Jika
di lihat dari sudut pandang agama menulis
merupakan Islam “kewajiban” kedua setelah perintah untuk “membaca”. Menulis
berarti menyimpan apa yang telah kita baca dalam sebuah media yang bisa diakses
oleh siapa saja. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Dengan tulisan, kita bisa berdakwah (menyebarkan kebenaran), mengajari,
menyebarkan ide dan pemikiran, melontarkan gagasan, menyampaikan kritikan atau
hanya sekedar memberi tanggapan.
Dengan
urain di atas penulis mengajak seluruh mahasiswa untuk selalu berkarya di
bidang tulis menulis baik menulis dalam media cetak (buku, majalah, novel)
maupun media internet (web, blog)
baik dalam bentuk, cerprn, artikel, makalah dan lain sebaginya yang bisa
memberikan sumbangan bergunan bagi dunia pendidikan di Indonesia, dengan
tuntutan itu hal yang wajar jika setiap mahasiswa dihukumi wajib bisa menulis.
Penulisa adalah Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Kumunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar