ﺣﺪﻳﺙﺃﻧﺱﺭﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻪﻗﺎﻞﺳﺋﻞﺭﺳﻭﻝﺍﷲﺻﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪﻮﺳﻟﻡﻋﻦﺍﻟﻛﺑﺎﺌﺭﻗﺎﻝ׃
ﺍﻻﺷﺭﺍﻙﺑﺎﺍﷲﻭﻋﻘﻭﻕ ﺍﻠﻮﺍﻟﺪﻳﻥﻭﻗﺗﻝﺍﻟﻧﻔﺱﻭﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺮ.
ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ׃ ٥٢ ـ ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﺷﻬﺎﺪﺍﺕ׃١٠ ـ ﺑﺎﺐﻣﺎﻗﻳﻝﻓﻰﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺭ.
Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Hadits
 Anas ra. Dimana ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa 
besar, kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada 
kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Persaksian” bab tentang apa yang dikatakan dalam saksi palsu.
2.    Sababul Wurud
Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan,
 bahwa ketika Nabi menjelaskan tentang dosa syirik dan durhaka terhadap 
kedua orang tua, beliau dalam keadaan bersandar, namun kemudian beliau 
duduk untuk menunjukan betapa pentingnya masalah yang akan dibahasnya, 
yaitu tentang dosa saksi palsu. Beliau terus mengulang-ulanginya, sampai
 para sahabat berkata, “Semoga Rasulullah segera diam”.
3.    Penjelasan (syarah) Hadits
Dalam
 hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni menyekutukan 
Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa hak dan 
menjadi saksi palsu.
a.  Musyrik (menyekutukan Allah)
Mempersekutukan
 Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang 
tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang  syirik diharamkan untuk 
masuk surga, sebagaimana firman Allah SWT :... ﺇﻧﻪﻤﻥﻴﺷﺮﻙﺑﺎﷲﻓﻘﺪﺣﺮﻡﷲﻋﻟﻴﻪﺍﻟﺟﻧﺔﻭﻣﺄﻭﻪﺍﻟﻧﺎﺭ... ﴿ﺍﻟﻣﺎﺋﺪﺓ׃٧٢﴾
Artinya: “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.” ( Q.S. Al-Ma’idah: 72)
Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:
·         mengagungkan
 makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak 
dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang 
pemimpin, atau para pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – 
Wal’iyadzubillah - Perbuatan ini merupakan syirik terbesar. Hal ini 
menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja menyuruh sesuatu 
ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan hingga 
waktu shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.
·         Dalam
 masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama 
besarnya atau melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan 
melihat ia sering menuntut agar dirinya lebih dicintai dari pada Allah 
SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang 
dimabukasmara. Hatinya dipenuhi oleh cinta kepada selain Allah SWT.
·         Sesuatu
 yang tersembunyi, yang termasuk menyekutukan Allah SWT, yaitu riya. 
Seseorang yang sedang melaksanakan shalat lalu ia memperbagus shalatnya 
karena sedang dilihat oleh si fulan. Ia berpuasa hanya ingin dikatakan 
ahli ibadah dan rajin berpuasa. Ia bersedekah hanya ingin dikatakan 
sebagai orang yang dermawan, semua termasuk riya.
·         Bentuk
 syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang 
dipenuhi oleh dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua 
hanya untuk dunia, ia selalu berusaha mencari dunia tidak peduli halal, 
haram, dusta, karena ia telah diperbudak dunia. 
Walhasil,
 bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan Allah Ta’ala namun orang 
tersebut tidak menyadarinya. Wahai saudara-saudara engkau merasakan 
bahwa dunia telah menguasai hatimu dan engkau tak lagi memperdulikan hal
 lain selain itu, maka ketika engkau bangun dari tidur semuanya akan 
karena dunia. Maka ketahuilah bahwa hari-hari telah terisi dengan 
kesyirikan.
b.  Durhaka Kepada Orang Tua
Maksudnya
 adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti 
kepada kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka 
selama bukan untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Dalam
 Al-qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik 
terhadap orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur’an ada tiga hal yang 
selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak 
dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah 
dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada 
Allah dan kepada kedua orang tua.
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT, sehingga Rasulullah SAW. bersabda:
ﺮﺿﻰﺍﷲ ﻓﻰ ﺮﺿﻰﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻴﻦﻭﺴﺧﻁ ﺍﷲ ﻓﻰﺴﺧﻁ ﻟﻮﺍﻟﺪﻴﻦ.
﴿ﺮﻭﺍﻩﺍﻟﺘﺮﻤﺬﻯﻮﺍﻟﺤﺎﻛﻡ ﺑﺷﺮﻄ ﺍﻟﻤﺴﻟﻡ﴾
Artinya: “Keridaan
 Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu bapaknya dan kemurkaan Allah
 itu terletak pada kemurkaan kedua ibu bapak pula”. (HR. Muslim, Hakim, dengan syarat Muslim)
c.  Membunuh
Maksud
 membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan 
tanpa hak dengan sengaja. Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan
 ke neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Sebagaimana firman Allah 
dalam surat An-Nisa ayat 93 yang artinya: “Barang siapa yang membunuh 
orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam,
 ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta 
menyediakan azab yang besar baginya.”
Dan Nabi SAW. bersabda:
ﺇﺬﺍﺍﻟﺘﻘﻰﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﻦﺑﺴﻴﻔﻴﻬﻤﺎ٬ ﻓﺎﻟﻘﺎﺘﻝﻭﺍﻟﻤﻘﺘﻭﻝﻓﻲﺍﻟﻨﺎﺭ٬ﻫﺫﺍﺍﻟﻘﺎﺗﻞ٬ ﻓﻣﺎﺒﺎﻞﺍﻟﻣﻘﺗﻭﻞ؟ ﻗﺎﻞ׃ ﻷﻨﻪﻛﺎﻦﺣﺭﻳﺻﺎﻋﻟﻰﻗﺗﻞﺻﺎﺣﺑﻪ.
Artinya:
 “Jika dua orang lelaki Muslim berjumpa membawa pedangnya masing-masing 
(dengan tujuan untuk saling membunuh), maka pembunuhnya dan yang 
terbunuh akan sama-sama masuk neraka. Lalu beliau ditanya oleh seorang 
sahabat: Ya Rasulullah, benarlah jika pembunuh ini masuk neraka, tetapi 
mengapakah pula orang yang terbunuh itu turut sama masuk neraka? Nabi 
SAW. menjawab: Sebab yang terbunuh itu berusaha pula untuk membunuh 
kawannya yang telah membunuhnya itu.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan 
Ahmad)
Menurut
 Imam Abu Sulaiman, cara yang demikian itu jika dalam bentuk saling 
membunuh itu perlu kepada penjelasan. Sehingga jika ada dua orang 
(kelompok) yang saling berusaha untuk membunuh yang lainnya atas dasar 
fanatisme atau untuk mendapatkan harta keduniaan dan berebut pangkat. 
Adapun orang yang membunuh untuk membela isterinya (keluarganya 
diancam), maka orang-orang tersebut tidak termasuk hadits di atas.
d.  Saksi Palsu
Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihinmencantumkan
 “Bab Larangan Memberikan Kesaksian Palsu.” Penulis menjelaskan bahwa 
kesaksian palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian suatu 
peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan kenyataannya. 
Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui 
kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru 
bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa 
kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia memberikan kesaksian 
yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian 
ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian 
kecuali sesuai dengan fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar.
Dalam
 riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar
 pada persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang 
sebelumnya duduk bersandar ketika mengucapkan dosa besar syirik dan 
durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak ketika 
mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini
 mendapat perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian 
palsu sangat mudah terjadi pada manusia, serta sering diremehkan oleh 
kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati seorang muslim, 
sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat. 
Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti 
permusuhan, dengki dan lain-lain.(ti salin dari http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/03/makalah-hadits-tentang-dosa-dosa-besar.html)
sip Gan, blog kamu bagus sob, tingkatkan dan semangat dalam dakwah...
BalasHapus