Bukan
harta yang aku tinggalkan
Dingin air dan udara
menjadi sahabatnya setiap pagi, langkah dan geraknya selalu lebih dulu dari
bola besar berwarna merah yang selalu menyinyari bola besar di mana mahluk
tuhan berada, pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya selalu di sikat habis dengan
tanpa merasa lelah dan mengeluh.
Baryani namanya, ibu tiga
anak yang selalu bekerja keras tampa
letih demi kebahagian ke-tiga anaknya yang saat ini masih bergelut dalam dunia
pendidikan, semagat pantang menyerah yang ditunjukan mengingatkan ku dengan
sosok pejuang wanita Indonesia Raden ajeng Kartini.
Baryanin namun Ia
sering kali di panggil Sami, konon dulu saat Ia masih kecil selalu
sakit-sakitan, pada saat itu kebanyakan orang menyakini nama itu tidak cocok
untuk dirinya sehingga nama itu di gantinya dengan Sami, pangilan itu di
berikan padanya sejak kecil.
Masa kecil yang selalu
dalam keadaan kesusahan selalu ia jalani hingga sekarang, kesulitan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan hidup sudah kerap kali dijalaninya, dengan susah payah mengumpukan
sedikit rezeki yang diberikan Allah Ia selalu bersukur dan menyisipkanya di
kantong hitam itu, yang kerap kali di sebut keresek.
Keresek
adalah kantong hitam,putih dsb, yang biasa bi sebut kenganyakan orang dengan
sebutan kantong asoy yang biasanya digunakan ibu-ibu pedagang di pasar maupun
toko.
Dengan mengumpulkan
sedikit uang hasil bertani dan padagang sayur sekarang tabungan tersebut mampu
menyekolahkan anak pertamanya hingga perguruan tingga sekaligus anak ke duanya,
sedangkan anak ke titiganya si Sekolah Menegah Atas (SMA).
Bertani merupakan
pekerjaan kartini 3 anak tersebut, tangan yang halus dan mulia itu kini telah
menghasilkan sejarah baru bagi kehidupan di masa yang akan datang, kebahagian
yang di rasa saat melihat ke dua anaknya pulang dari kota besar di mana ia
belajar selalu terlihat, betapa angun dan mulianya sosok itu hingga tak bisa di
bayangkan seindah apa kelak Ia di surga.
Berdagang merupakan
pekerjaan sampingan yang selalu di lakukan setelah pulang dari sawah, berdagang
hasil tani seperti, kacang panjang, kangung, cabe an lain sebagainya menjadi
penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
Kebutuhan yang selalu
bertambah itu Ia tanggung bersama dengan suami tercinta saniya namanya. Sosok peria
yang selalu diam dan tak banyak kata itu mengingatkan aku pada satu pepatah
terkenal uyang pernag aku dengar “ Lebih baik diam dari pada bicara tanpa makna”
nah itulah kata2 kata yang mewakili seluruh sifat Sania.
Banyak hal yang bisa
kita contoh darinya, lembut,tegas dan selalu bersabar membuat ku bisa belajar
dan memahami arti kehidupan, tanpa kesabaran segala sesuatu yang kita lerjakan
tak akan bisa kita selesaikan dengan sebaik-baiknya.
Tani merupakan kerjaan
utamanya namin ahir-ahir ini lebih sering membuat rumah bisa di kara
Arsitektur. “ Biasanya bertani namun ahir ahir ini sering bekerja di bangunan
sebagai tukang bangunan ya memanfaatkan keterampilan yang di berikan sang
pencipta” (dari bahasa jawa), tutur sanio.
Pembuat rumah merupakan
pekerjaan yang Ia geluti semenjak dewasa, dengan hasil yang sedikit itu Ia
Berikan kepada istrinya untuk menyekolahkan anaknya, tak banyak yang Ia
harapkan dalam kehidupan ini, hanya ingin melihat anak-anaknya menjadi
anak-anak yang berilmu dan tak pernah membantah kepada kedua orang tuanya sudah
cukup baginya.
Hingga di saat
perbincagan dengan ketiga anaknya Ia melontarkan kata- kata yang sangat
luar biasa “ Bapak ora arek ninggalke
bondo, tapi bapak arek nyekolahke kowe seng duwor kabeh ” Kurang lebih jika
di artikan dalam bahasa Indonesia “ Bapak gank akan meninggalkan harta untuk
kalian, tapi bapak akan menyekolahkan kalian setinggi mungkin”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar