Jumat, 11 Mei 2012

Sosok,,,,

Bukan harta yang aku tinggalkan
Dingin air dan udara menjadi sahabatnya setiap pagi, langkah dan geraknya selalu lebih dulu dari bola besar berwarna merah yang selalu menyinyari bola besar di mana mahluk tuhan berada, pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya selalu di sikat habis dengan tanpa merasa lelah dan mengeluh.
Baryani namanya, ibu tiga anak  yang selalu bekerja keras tampa letih demi kebahagian ke-tiga anaknya yang saat ini masih bergelut dalam dunia pendidikan, semagat pantang menyerah yang ditunjukan mengingatkan ku dengan sosok pejuang wanita Indonesia Raden ajeng Kartini.
Baryanin namun Ia sering kali di panggil Sami, konon dulu saat Ia masih kecil selalu sakit-sakitan, pada saat itu kebanyakan orang menyakini nama itu tidak cocok untuk dirinya sehingga nama itu di gantinya dengan Sami, pangilan itu di berikan padanya sejak kecil.
Masa kecil yang selalu dalam keadaan kesusahan selalu ia jalani hingga sekarang, kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah kerap kali dijalaninya, dengan susah payah mengumpukan sedikit rezeki yang diberikan Allah Ia selalu bersukur dan menyisipkanya di kantong hitam itu, yang kerap kali di sebut keresek.
Keresek adalah kantong hitam,putih dsb, yang biasa bi sebut kenganyakan orang dengan sebutan kantong asoy yang biasanya digunakan ibu-ibu pedagang di pasar maupun toko.
Dengan mengumpulkan sedikit uang hasil bertani dan padagang sayur sekarang tabungan tersebut mampu menyekolahkan anak pertamanya hingga perguruan tingga sekaligus anak ke duanya, sedangkan anak ke titiganya si Sekolah Menegah Atas (SMA).
Bertani merupakan pekerjaan kartini 3 anak tersebut, tangan yang halus dan mulia itu kini telah menghasilkan sejarah baru bagi kehidupan di masa yang akan datang, kebahagian yang di rasa saat melihat ke dua anaknya pulang dari kota besar di mana ia belajar selalu terlihat, betapa angun dan mulianya sosok itu hingga tak bisa di bayangkan seindah apa kelak Ia di surga.
Berdagang merupakan pekerjaan sampingan yang selalu di lakukan setelah pulang dari sawah, berdagang hasil tani seperti, kacang panjang, kangung, cabe an lain sebagainya menjadi penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
Kebutuhan yang selalu bertambah itu Ia tanggung bersama dengan suami tercinta saniya namanya. Sosok peria yang selalu diam dan tak banyak kata itu mengingatkan aku pada satu pepatah terkenal uyang pernag aku dengar “ Lebih baik diam dari pada bicara tanpa makna” nah itulah kata2 kata yang mewakili seluruh sifat Sania.
Banyak hal yang bisa kita contoh darinya, lembut,tegas dan selalu bersabar membuat ku bisa belajar dan memahami arti kehidupan, tanpa kesabaran segala sesuatu yang kita lerjakan tak akan bisa kita selesaikan dengan sebaik-baiknya.
Tani merupakan kerjaan utamanya namin ahir-ahir ini lebih sering membuat rumah bisa di kara Arsitektur. “ Biasanya bertani namun ahir ahir ini sering bekerja di bangunan sebagai tukang bangunan ya memanfaatkan keterampilan yang di berikan sang pencipta” (dari bahasa jawa), tutur sanio.
Pembuat rumah merupakan pekerjaan yang Ia geluti semenjak dewasa, dengan hasil yang sedikit itu Ia Berikan kepada istrinya untuk menyekolahkan anaknya, tak banyak yang Ia harapkan dalam kehidupan ini, hanya ingin melihat anak-anaknya menjadi anak-anak yang berilmu dan tak pernah membantah kepada kedua orang tuanya sudah cukup baginya.
Hingga di saat perbincagan dengan ketiga anaknya Ia melontarkan kata- kata yang sangat luar biasa “ Bapak ora arek ninggalke bondo, tapi bapak arek nyekolahke kowe seng duwor kabeh ” Kurang lebih jika di artikan dalam bahasa Indonesia “ Bapak gank akan meninggalkan harta untuk kalian, tapi bapak akan menyekolahkan kalian setinggi mungkin”.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar