Pembahasan
A.
Pengertian
Ilmu Dakwah
Ditinjau dari
etimologis atau secara bahasa, dakwah berasal bahasa Arab yaitu da’a-yad’i-da’watan, yang artinya
mengajak, menyeru, dan memanggil.[1]
Dakwah dalam pengertian
tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an surat Yunus (10) ayat 25:
Artinya:
Allah menyeru (manusia) ke darussalam
(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus
(Islam). (Q.S. Yusuf: 25).
Ditinjau dari
terminologi, dakwah terdapat beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya
ialah:
a.
Prof.
Toha Yahya Omar, M. A.
“Mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka
di dunia dan akhirat.”[2]
b.
M.
Natsir
“Dakwah adalah
usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh
umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia
ini, dan yang meliputi al-amar bi
al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang
diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.”
c.
Dr.
M. Quraish Shihab
“Dakwah adalah
seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. perwujudan
dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada
masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran
Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.”[3]
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Dakwah adalah usaha menyampaikan
sesuatu kepada orang lain, baik itu perorangan atau kelompok tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia sesuai Islam.
Sedangkan Ilmu
Dakwah sendiri berarti ilmu yang mempelajari ajakan dan kegiatan manusia dalam
menyampaikan isi ajaran Islam kepada sesama manusia untuk kebahagiaannya baik
di dunia maupun akhirat.[4]
B.
Objek
dan Ruang Lingkup Ilmu Dakwah
Adapun objek
penelaahan ilmu dakwah adalah memiliki objek-objek material dan objek formal.
Objek material ilmu dakwah sebagaimana ilmu-ilmu sejenis lainnya adalah tentang
tingkah laku manusia. Sedangkan objek formalnya adalah usaha manusia untuk menyeru atau mengajak
manusia lain dengan ajaran Islam agar menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam bahkan memperjuangkannya”.
Dengan demikian, maka yang menjadi objek telaah ilmu dakwah adalah manusia
dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktifitas dakwah.[5]
Sedangkan yang
berkaitan dengan tanggapa mad’u
terhadap rangsangan, stimulus, motivasi dari da’I adakalanya memberikan
tanggapan yang bersifat positif, sehingga terjadi interaksi dan intent,
sehingga dapat menimbulkan perubahan sikap pandangan yang akhirnya dapat
menimbulkan perubahan sikap dan pandangan yang akhirnya mau mengimani,
menjalankan bahkan memperjuangkan Islam.
C.
Dakwah
Sebagai Ilmu
Antara dakwah
dan ilmu dakwah tidaklah sama, keduanya memiliki perbedaan yang jauh. Dakwh
sebagai aktifitas merupakan sesuatu yang telah muncul sejak adanya kenabian
yang awalnya disampaikan oleh Rasulullah saw.
Berbeda dengan
ilmu dakwah, walaupun dakwah sudah in
hern dengan gerak Islam sejak awalnya, namun tidak dengan ilmu dakwah. Ilmu
dakwah bisa dikatakan ilmu yang relatif baru. Ilmu dakwah lahir belakangan jika
dibandingkan dengan ilmu keislaman lainnya,, seperti ulumul qur’an, ulumul
hadits, dan lain sebagainya. Sebagai disiplin ilmu yang masih baru, awalnya
ilmu dakwah belum memiliki tradisi keilmuan yang mapan dibandingkan dengan
disiplinn ilmu lain.
Ilmu dakwah
dimaksudkan sebagai seperangkat ilmuan yang mempelajari tentang bagaimana
dakwah atau proses pembumian Islam dilakukan. Maka dalam ranah inilah, ilmu
dakwah sebenarnya sebenarnya lebih dekat ke arah ilmu komunikasi sosial. Oleh
karenanya, ilmu dakwah dengan sendirinya merupakan bagian ilmu-ilmu sosial,
yang dirumuskan dan dikembangkan dengan mengikuti norma ilmiah dari ilmu-ilmu
sosial.
Dalam hal ini,
kelayakan ilmu dakwah sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri kini sudah
menjadi suatu yang logis, dan tidak diragukan lagi sebagaimana sebelumnya
setelah melalui berbagai kajian dan seminar-seminar panjang yang dilakukan di
berbagai tempat untuk menguji keabsahan ilmu dakwah.
D.
Kaitan
Ilmu Dakwah dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
Ada dua
paradigma yang memperngaruhi arah perkembangan ilmu dakwah. Dua paradigma
tersebut adalah:
a. Bila
ilmu dakwah hanya diletakkan pada kelompok paradigma logis normatif, maka ilmu
dakwah harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu tradisional
Islam. Karena ilmu dakwah ditarik dari al-Qur’an, maka ilmu tafsir menjadi
sangat erat kaitannya. Karena ditarik dari hadits maka ilmu hadits menjadi
sangat relevan. Dan karena sesekali menyangkut hukum Islam, ilmu fiqh dan ushul
fiqh menjadi penting.
b. Bila
ilmu dakwah mau dikaji secara empiris, maka ilmu dakwah harus diletakkan dalam
kelompok ilmu-ilmu perilaku (behavior
science) atau ilmu-ilmu sosial (social
science). Walaupun begitu, ilmu dakwah erat kaitannya dengan ilmu
komunikasi.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar