Jejawi, Panas terik matahari menyinari perjalanan
kami menuju Desa Tanjung Ali, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI). yang tempatnya tidak jauh dari Kota Palembang, Jika di tempuh dengan
sepeda motor membutuhkan waktu +- 45 menit.
OKI terdiri dari beberapa
kecamatan yang semuanya mempunyai kebudayaan yang bermacam-macam, namun seiring
dengan perkembangan zaman untuk saat ini banyak masyarakat mulai melupakan kebudayaan
warisan nenek moyang itu. Sedekah dusun misalnya, salah satu kebudayan warisan
nenek moyang yang saat ini masih dipertahankan di Desa Tanjung Ali.
Sedekah Dusun merupakan
kebudayaan warisan nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Di Desa Tanjung
Ali Ritual ini diadakan tiap bulan Januarai sebelum turun kesawah atau ladang
namun bagusnya diadakan di ahir bulan Desember tepatnya pada hari Jum`at seusai
salat jumat. Di temu di sawah miliknya Bapak Sanuri yang merupakan pemimpin
Sedekah Dusun Tanjung Ali mengatakan, sedekah dusun ini merupakan warisan
turun-temurun dan yang mewarisi ini tidak semua orang bisa karena butuh orang
yang sabar,tidak mudah marah, tidak sombong, dan tidak mudah tersinggung untuk
menjadi pemimpin sedekah dusun ini.
Berdasarkan cerita masyarakat ritual
ini dilakukan guna memanggil ruh Buyut
(Nenek) Darat dan Ulak Parung. Buyut
Darat dan Ulak Parung merupakan penunggu Desa Tanjung Ali, hal serupa juga di
tuturkan oleh sanusi, ritual ini diadakan untuk memanggil Buyut Darat dan Ulak
Parung mereka adalah penunggu dusun ini sejak dulu, yang melindungi kami dari
berbagai macam bahaya dan membantu kami setiap kami mengalami kesusahan,
makanya selama saya tinggal di sini tidak pernah terjadi kerusuhan seperti
desa-desa lainya.
Jauh bercerita mengenai sedekah
dusun kami juga bertanya masalah apa saja bahan-bahan yang di sediakan saat
ritual ini dilakukan “ Dalam kegiatan Sedekah dusun ini biasanya terdapat
beberapa makanan separti, Kambing, ubi hitam, jagung, kemalung, kamini, jeruk nipis 7 buah, Bubur merah
dan putih, ketan hitam, merah dan putuh, nasi gemuk 15 piring, bungga 7 warna,
9 ayam panggang, sobi merah dan putih.” Jawab sanuri dengan bahasa khas tanjung
Ali
Semua bahan yang akan digunakan
untuk sedekah dusun ini semuanya di ambil dari masyarakat dengan sifat
seikhlasnya, setelah itu di masak di tempat pemimpin adat namun pada saat memasak,
masakannya tidak boleh di cicipi (rasakan).
Setelah itu Makanan yang sudah di
masak di taruh di pincuk (tempat nasi
yang terbuat dari daun pisang), dengan jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan
tergantung dengan jumlah masyarakat disisni, karena setiap orang mendapat satu
pincuk.
Informasi yang kami dapat dari
Kepala Desa jumlah penduduk desa Tanjung Ali saat ini mencapai 2140 Orang. dan
pada saat upacara adat di gelar semua penduduk ikut serta dan duduk berbaris di
sepanjang jalan dan turut berdoa bersama.
Sedekah dusun ini di percayaai
mampu membersihkan lingkungna tempat tinggal dari demit(mahluk halus), kekerasan remaja dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Stelah itu makanan dan air yang sudah
di kasih mantra (Do`a) bisa dijadikan obat agar selalu sehat dan mendapat
berkah dari Tuhan yang maha Esa, juga untuk keselamatan pertanian Desa Tanjung Ali
agar dari hama dan hasil yang didapatkan bisa berlipat ganda.
Mengahiri perbincagan kami, di sawah
yang di hiyasi tanaman padi nan hijau itu Sanuri berpesan agar mahasiswa mampu
turut serta berpartisipasi untuk mempertahankan kebudayaan khususnya yang ada
di daerah masing-masing umumnya kebudayaan nasional karena ini sanggat penting
bagi anak cucu kita.
Dedek, Iwan
saya dulu tahun 1999 pernah ke dusun tanjung ali.. teman saya bernama Nurmala. apakah kamu kenal?
BalasHapusSaya selaku warga asli desa Tanjung Ali
BalasHapus... merasa bangga dengan budaya yg di lestarikan secara turun temurun... semoga selalu dilestarikan oleh masyarakat kami