Selasa, 30 Juli 2013

Sedekah Dusun Ala Tanjung Ali


Jejawi, Panas terik matahari menyinari perjalanan kami menuju Desa Tanjung Ali, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). yang tempatnya tidak jauh dari Kota Palembang, Jika di tempuh dengan sepeda motor membutuhkan waktu +- 45 menit.
OKI terdiri dari beberapa kecamatan yang semuanya mempunyai kebudayaan yang bermacam-macam, namun seiring dengan perkembangan zaman untuk saat ini banyak masyarakat mulai melupakan kebudayaan warisan nenek moyang itu. Sedekah dusun misalnya, salah satu kebudayan warisan nenek moyang yang saat ini masih dipertahankan di Desa Tanjung Ali.
Sedekah Dusun merupakan kebudayaan warisan nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Di Desa Tanjung Ali Ritual ini diadakan tiap bulan Januarai sebelum turun kesawah atau ladang namun bagusnya diadakan di ahir bulan Desember tepatnya pada hari Jum`at seusai salat jumat. Di temu di sawah miliknya Bapak Sanuri yang merupakan pemimpin Sedekah Dusun Tanjung Ali mengatakan, sedekah dusun ini merupakan warisan turun-temurun dan yang mewarisi ini tidak semua orang bisa karena butuh orang yang sabar,tidak mudah marah, tidak sombong, dan tidak mudah tersinggung untuk menjadi pemimpin sedekah dusun ini.
Berdasarkan cerita masyarakat ritual ini dilakukan guna memanggil ruh  Buyut (Nenek) Darat dan Ulak Parung.  Buyut Darat dan Ulak Parung merupakan penunggu Desa Tanjung Ali, hal serupa juga di tuturkan oleh sanusi, ritual ini diadakan untuk memanggil Buyut Darat dan Ulak Parung mereka adalah penunggu dusun ini sejak dulu, yang melindungi kami dari berbagai macam bahaya dan membantu kami setiap kami mengalami kesusahan, makanya selama saya tinggal di sini tidak pernah terjadi kerusuhan seperti desa-desa lainya.
Jauh bercerita mengenai sedekah dusun kami juga bertanya masalah apa saja bahan-bahan yang di sediakan saat ritual ini dilakukan “ Dalam kegiatan Sedekah dusun ini biasanya terdapat beberapa makanan separti, Kambing, ubi hitam, jagung, kemalung, kamini, jeruk nipis 7 buah, Bubur merah dan putih, ketan hitam, merah dan putuh, nasi gemuk 15 piring, bungga 7 warna, 9 ayam panggang, sobi merah dan putih.” Jawab sanuri dengan bahasa khas tanjung Ali
Semua bahan yang akan digunakan untuk sedekah dusun ini semuanya di ambil dari masyarakat dengan sifat seikhlasnya, setelah itu di masak di tempat pemimpin adat namun pada saat memasak, masakannya tidak boleh di cicipi (rasakan).
Setelah itu Makanan yang sudah di masak di taruh di pincuk (tempat nasi yang terbuat dari daun pisang), dengan jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan tergantung dengan jumlah masyarakat disisni, karena setiap orang mendapat satu pincuk.
Informasi yang kami dapat dari Kepala Desa jumlah penduduk desa Tanjung Ali saat ini mencapai 2140 Orang. dan pada saat upacara adat di gelar semua penduduk ikut serta dan duduk berbaris di sepanjang jalan dan turut berdoa bersama.
Sedekah dusun ini di percayaai mampu membersihkan lingkungna tempat tinggal dari demit(mahluk halus), kekerasan remaja dan hal-hal yang tidak diinginkan.
Stelah itu makanan dan air yang sudah di kasih mantra (Do`a) bisa dijadikan obat agar selalu sehat dan mendapat berkah dari Tuhan yang maha Esa, juga untuk keselamatan pertanian Desa Tanjung Ali agar dari hama dan hasil yang didapatkan bisa berlipat ganda.
Mengahiri perbincagan kami, di sawah yang di hiyasi tanaman padi nan hijau itu Sanuri berpesan agar mahasiswa mampu turut serta berpartisipasi untuk mempertahankan kebudayaan khususnya yang ada di daerah masing-masing umumnya kebudayaan nasional karena ini sanggat penting bagi anak cucu kita.
Dedek, Iwan

2 komentar:

  1. saya dulu tahun 1999 pernah ke dusun tanjung ali.. teman saya bernama Nurmala. apakah kamu kenal?

    BalasHapus
  2. Saya selaku warga asli desa Tanjung Ali
    ... merasa bangga dengan budaya yg di lestarikan secara turun temurun... semoga selalu dilestarikan oleh masyarakat kami

    BalasHapus